JScom, KEPULAUAN SULA – Pagi ini, Senin, (26/2), seluruh Komisioner KPU Kabupaten Kepulauan Sula menghilang dari kantornya, di Pohea Kecamatan Sanana Utara, Propinsi Maluku Utara. Ibu Ketua deng Anggota yang lain ada pigi Ternate, ada rapat penting di sana,” demikian seorang staf KPUD menyambut www.jurnalswara.com di teras kantor penyelenggara pemilu itu.
Masalah pasca pencoblosan dan penghitungan suara, serta indikasi kecurangan administrasi lain yang cukup banyak, mengapa ada rapat penting di Ternate, seolah penyelenggara digugurkan kewajibannya, dan tak peduli masalah kepemiluan. Bukankah ini saatnya, kehadiran komisioner dibutuhkan?
Ada dugaan, aksi “Lari dari tugas” yang dilakukan oleh seluruh komisioner ini akhirnya terungkap. Ke-lima komisioner ini bukan mengkuti rapat sebagaimana disampaikan salah seorang staf diatas. Mereka pelisiran ke Ternate untuk mengurus kepentingan pribadi, mengikuti seleksi anggota KPUD, alias “berdemo” meminta perpanjangan masa jabatan.
Salah seorang politisi dan caleg kabupaten mengatakan, sikap kelima komisioner KPU tak menggubris persoalan yang ada di Kepulauan Sula pasca Pemilu. “Dorang ini talalu pandang enteng deng masalah ini, padahal harusnya komisioner jadi pelayan dan menyelesaikan permasalahan yang timbul pasca pemilu,” ujar caleg ini, tidak mau namanya ditulis media. “Jang tulis beta pung nama lai, cilaka, dorang bisa kase kurang beta pung suara di pleno nanti,” ujarnya tersenyum.
Caleg ini juga heran dengan sikap KPUD Propinsi Maluku Utara dan KPU RI yang mengizinkan seluruh komisioner meninggalkan tugas di saat seperti ini. Sangat tidak ber-etika, jikam KPU Propinsi dan KPU Pusat membiarkan sikap arogan kelima komisioner KPUD Kepulauan Sula.
Penelusuran jurnalswara.com akhirnya terungkap, Rombongan kelima Komisioner ke Ternate, benar dalam rangka mengikuti seleksi KPU Propinsi dan KPU Kabupaten. Mereka tega meninggalkan tugas utama-nya, demi mengoleksi tahun pengabdian mereka secara pribadi sebagai penyelenggara pemilihan umum, dan pilkada.
Caleg ini pun menuturkan, harusnya komisioner KPUD saat ini tidak perlu bernafsu mencalonkan diri mereka kembali. Pasalnya kelima komisioner ini telah melakukan pelanggaran etika. Hal ini dikuatkan dengan Vonis Hakim Etik Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan (DKPP) tahun 2021, yang telah terbukti melakukan Pelanggaran Etika Penyelenggara Pemilu (PEPP). “Kalau tidak percaya, silakan cari di google,” tantang caleg ini kepada wartawan.
Majelis Etik Hakim DKPP dalam putusan nomor : 32-PKE-DKPP/I/2021, Nomor: 70-PKE-DKPP/II/2021, Nomor: 86-PKE-DKPP/II/2021, dan Nomor: 87-PKE-DKPP/II/202 menyatakan para komisioner (teradu) melanggar etika penyelenggara pemilu, dan memberi SANKSI PERINGATAN KERAS.
“Etika komisioner seperti ini, harus jadi catatan penting bagi tim seleksi untuk menjatuhkan mereka dalam seleksi ini. Apalagi, saat sekarang, mereka tega tinggalkan tugas demi kepentingan pribadi mereka,” ujar Sang Caleg yang mengaku kecewa dengan sikap komisioner di saat kisruh dugaan penggelembungan suara oleh PPK Sulabesi Barat.
Ketua KPUD Kepulauan Sula yang dikonfirmasi melalui hubungan seluler Whatsapp beberapa hari lalu hingga berita tayang. tidak merespon. Demikian pula Ketua Bawaslu Kepulauan Sula Ajwan Umasugi, tak membalas konfirmasi jurnalswara.com.(BT-IST)
This time, Zhao Ling directly urged with all his strength, and the speed increased even faster, constantly adjusting the mana, and constantly increasing the speed to the limit priligy dosage Go in and see After the breath dissipated, Zhao Ling stepped
This is a difficult journey where you are not sure where it will end, but we have discovered that having a team of physicians and nurses that are knowledgeable, honest and caring has truly helped to put use at ease buy priligy australia