JURNALSWARA.COM, JAKARTA – Sebuah akun di media sosial X mengungkap kejadian bullying yang dilakukan oleh anak SMA terhadap teman mereka. Akun ini viral mengungkap sekelompok remaja, yang menyebut kelompoknya sebagai Geng Tai, diduga siswa dari SMA Binus School Serpong, Tangerang Selatan, yang melakukan aksi bullying di luar sekolah.
Polres Kota Tangerang Selatan sedang melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut. Korban sempat dirawat di rumah sakit akibat bullying/perundungan itu dan sekarang rawat jalan. Menurut pengecekan polisi di rumah sakit, korban mendapat luka memar dan luka bakar.
Polisi belum bisa memastikan identitas pelaku yang melakukan bullying tersebut. “Terkait (pelaku anak artis atau bukan), ini masih didalami,” ujar Kasat Reskrim Polres Kota Tangsel, AKP Alvino Cahyadi saat dihubungi TEMPO pada Senin, kemarin.
Meski begitu, dugaan soal identitas pelaku sudah tersebar di media sosial. Anggotanya terdiri atas pelajar di SMA Binus School Serpong yang merupakan anak pesohor. Mereka biasa berkumpul di sebuah toko kecil belakang sekolah, yakni Warung Ibu Gaul atau WIG. Di sana, mereka diduga melakukan aksi kekerasan, merokok dengan batas usia di bawah umur, atau vaping.
Salah satu akun media sosial X @BosPurwa mengungkap, aksi itu dilakukan oleh sekelompok orang remaja yang menamakan diri sebagai Geng Tai atau GT. “Kelompok ini telah berlangsung selama 9 generasi dan dimulai pada masa sekolah menengah atas,” dilansir dari tangkapan layar yang @BosPurwa sebar di X pada Senin.
Dalam subkultur itu, senior atau kelas 12 disebut dengan ‘agit’. Merekalah yang bertugas mengendalikan para anggotanya. Mereka juga yang merekrut anggotanya dengan memberikan imbalan. Imbalan yang diberikan bisa berupa uang atau tempat parkir di dekat Binus Serpong, sekolahnya. “Namun, imbalan utama yang membujuk orang untuk bergabung adalah status (mereka) di sekolah,” tulisnya.
Arin Febriana, usia 18 tahun, salah satu murid di sana membenarkan adanya kelompok tersebut. “Untuk informasi mengenai GT ini benar, seperti apa yang ditulis,” ucapnya saat dihubungi wartawan TEMPO pada Selasa, 20 Februari 2024.
Menurut dia, ada status hierarki yang lebih tinggi ketika siswa laki-laki bergabung dengan geng tersebut. Mereka juga sering mendapat tekanan dari teman sebaya jika tidak mengikuti perintah dari para penghasut. Seringkali, penolakan itu berujung dengan pemukulan.
Ia menjelaskan, GT memiliki aturan resmi untuk merekrut anggotanya. Aturan itu harus dipatuhi oleh calon anggota. Di mana anggota baru akan dikumpulkan di warung-warung. Mereka kemudian disuruh meneriakkan nama hingga membelikan makanan untuk para penghasut. Jika tidak, mereka mendapatkan hukuman secara fisik. (BT-Tmp)