JScom, JAKARTA – Ketua Transparansi Pemilu (TransPEMILU) Jakarta Timur Muhammad Akbar mensinyalir praktik jual beli suara Pemilu di Jakarta Timur bukanlah wacana kosong. Ada beberapa sinyal yang menguatkan praktik kotor ini memang terjadi.
Menurut Akbar, sinyal terang justeru datang dari Ketua Dewan Pertimbangan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Nasdem DKI Jakarta Muhammad Ongen Sangaji yang mengungkap adanya dugaan penipuan yang dilakukan oleh oknum KPU Jakarta Timur di Pemilu 2024 ini.
Hasil Uji Cerita TransPEMILU menemukan beberapa caleg DPRD DKI maupun DPR RI yang bertarung di Dapil Jakarta Timur menjadi korban dugaan penipuan tersebut. “Bahkan mereka dikabarkan mengalami kerugian hingga puluhan miliar rupiah, karena gagal mendapatkan kursi di lembaga legislatif,” ungkap Akbar.
Akbar menyebut korban penipuan berasal dari caleg-caleg yang tersebar di Partai Politik berbeda. Caleg BR yang berasal dari partai PDO harus hilang uang miliaran rupiah dan tidak ada tambahan suara, padahal uang tersebut sudah “digeser” ke oknum penyelenggara tertentu.
Berbeda dengan Caleg FR dari partai DMT. Di Dapilnya di Jakarta Timur ini, FR berkelimpahan suara, dan penuh senyum bakal melangkah ke kursi DPR DKI Jakarta. “Tangan Kanan” FR, menyebut sudah setor uang ke penyelenggara Pemilu senilai lebih dari 5 miliar rupiah.
Ada juga nama Caleg-caleg lain yang bermain suara di jalur Penyelenggara Pemilu ini. “Ada caleg tertetu yang mendapat suara yang banyak lantaran berbayar itu, namun ada pula yang harus gigit jari karena merasa dibohongi oleh kelompok komisioner,” kata Akbar datar.
Cerita Suara Pemilu Berbayar di Jakarta Timur ini memang sudah didesain sejak lama, tepatnya kurang lebih 5 atau enam bulan sebelum hari pencoblosan. Kelompok ini sering bertemu di tempat khusus, meski tidak rutin, tapi pertemuan biasanya kalau ada informasi penting atau pementapan strategi berikutnya.
“Kami juga punya foto-foto pertemuan mereka, diantarannya di salah satu kafe di bilangan Jakarta timur. Dalam pertemuan itu, turut hadir pula mantan komisioner KPU Jakarta Timur, inisial WG,” ungkap Akbar.
Diketahui, menurut kabar dari internal KPU Jakarta Timur, bahwa sosok WG seakanj-akan jadi mentor begi Ketua KPU Jakarta Timur Teddi Kurnia. WG diduga berperan besar dalam “Mafia Jual Beli Suara” di KPU Jakarta Timur. WG atas “instruksi gelap” Teddi, memanfaatkan Ketua dan Anggota PPK, bahkan Panwascam pun digiring dalamn urusan Mafia Suara ini.
“Kami sementara dalam kajian dan melengkapi data-data yang mungkin masih kurang. Dalam waktu dekat kami akan sampaikan laporan tindak kejahatan pemilu ini, termasuk tindak kejahatan penipuan kepada pihak berwenang,” ujar Akbar.(BT)