Seolah tak punya jalan menuju “roma”, Fifian Adeningsih Mus menebar ancaman kepada Aparatur Sipil Negara. Bila dirinya mau, Fifian akan menggunakan Alat Negara untuk memenagkan FAMSAH di Pilkada Kepulauan Sula. Ucapan Bupati non-aktif Kepulauan Sula ini menuai asumsi bahwa FAMSAH adalah Paslon Miskin Gagasan Tinggi Emosi. Unggahan sebuah video viral Berdurasi Pendek di Medos, bisa menjelaskan emosional dan sosok Fifian yang sebenarnya.
JScom, KEPULAUAN SULA – MAU TUSUK SAYA KA SENG, TIDAK TUSUK SAYA JUGA TIDAK APA-APA, TAPI AWAS !!! LALU SAYA KASE AMPUN KARENA KALIAN PUNYA PIMPINAN ADA, SAYA BELUM JADI KALIAN PUNYA PIMPINAN, TAPI KALO SEKARANG SAYA SUDAH JADI PIMPINAN KALIAN MASIH PILIH YANG LAIN, AWAS HATI-HATI MAU GURU-GURU KEK, KEPALA SEKOLAH HATI-HATI SAYA PUNYA RADAR INI BANYAK, YANG DUKUNG SAYA ITU BANYAK (menyebut sejumlah partai pendukung FamSah), PARTAI-PARTAI PENGUASA SEMUA BOS, ALAT NEGARA BISA SAYA PAKAI JIKA SAYA MAU.
Demikian setidak-tidaknya ucapan Fifian Adeningsih Mus, Calon Petahana yang terekam video amatir berdurasi kurang dari satu menit, yang kini jadi trending wacana khalayak. Media ini, www.jurnalswara.com mendapat video tersebut dikirim oleh seserorang yang mengaku Aparatur Sipil Negara (ASN), melalui chating whatsapp, Jumat (4/10) dinihari tadi.
“Seperti inikah JIWA dan KARAKTER seorang PEMIMPIN (Bupati Kepulauan Sula) di saat cuti kampanye? Seharusnya Ibu sampaikan visi misi jika terpilih lagi, bukan digunakan untuk MENGANCAM para PNS yang nanti tidak memilih anda,” tulis salah seorang pegiat medsos John Putra Kadai di akun Facebook-nya.
“Katong malu punya Bupati seperti Ningsih ini, seng wibawa sama sekali. Beliau main ancam kiri kanan. Padahal beliau sendiri yang tandatangan surat edaran bupati tentang Netralitas ASN. Sekarang beliau bicara ancam mengancam,” ujar oknum ASN salah satu Kepala Bidang di OPD Kepulauan Sula ini.
Menurutnya, ancaman Fifian kepada Guru-Guru dan ASN lainnya, serta akan menggunakan Alat Negara adalah tipikal pecundang dalam demokrasi. Fifian tidak paham cara berpolitik santun dan “fair-play”. Oknm ASN ini juga bilang bahwa sikap yang ditunjukan Bupati Non Aktif ini lantaran figure kepemimpinannya sudah mulai tergerus kepercayaan publik.
Amatan media ini di lapangan, Fifian sebagai petarung, tak salah berkalimat ancaman atau melakukan kekerasan verbal kepada bawahannya, jika dan hanya jika Fifian belum tahu aturan dan tata cara kampanye. Jika Fifiaan memang belum tahu bahwa ASN harus bersikap netral dalam politik.
Namun sayang, Fifian memang sangat mafhum dengan aturan, Fifian adalah pembijak pemerintahan tertinggi di kabupaten. “Ancaman seperti itu justeru merusak citra-nya sendiri, apalagi dalam kampanye tidak ada gagasan hebat yang ditawarkan untuk periode kepemimpinan berikut jika terpilih,” tambah ASN ini yang mengungkap dukungan ASN untuk Fifian makin menipis.
Emosional Fifian juga menjadi keprihatinan sejumlah ASN. Fifian dinilai tidak profesional dalam menilai kinerja ASN bawahannya. Sebab ASN pilihan bagi Fifian adalah mereka yang patuh, tunduk, dan setuju dengan kemauannya. Fifian juga tidak segan “tenggelamkan” siapa saja ASN yang main-main dengan keinginannya.
“Torang ASN ini sampe terpaksa main kucing-kucingan supaya jangan dapa mutase ke tempat kerja yang tak layak. Sebab banyak pejabat yang dimutasi ke Sekolah Dasar jadi staf, bahkan oknum ASN alumni STPDN pun jadi staf administrasi di Sekolah Dasar,” ujar ASN asal pulau Mangoli ini tersenyum.
Fifian Adeningsih Mus mungkin lupa terhadap slogan “bikin romantis saja” sebagai salah satu tagline kampanye FAMSAH di Pilkada 2024. Pertanyaannya, apakah romantis itu harus ada ancaman dan bila perlu menggunakan Alat Negara?, Hm. (red)