JAKARTA, jurnalswara.com – Calon presiden (capres) Anies Baswedan kembali disorot media asing di pemilu presiden (pilpres) RI. Media Nikkei Asia misalnya memberi judul “Radical Indonesian cleric gives backing to presidential hopeful Anies”.
Ini merujuk ke dukungan beberapa ulama yang dianggap Barat memiliki pandangan keras ke capres nomor urut 1 itu. Di antaranya Abu Bakar Ba’asyir dan Abdul Somad.
Calon presiden Indonesia Anies Baswedan telah menerima dukungan dari seorang ulama yang pernah menjadi pemimpin spiritual kelompok ekstremis di balik pemboman Bali tahun 2002, serangan teroris paling mematikan di negara ini,” tulis media tersebut dalam awalannya, dikutip Kamis (1/2/2024).
“Dalam rekaman audio yang menjadi viral di media sosial bulan ini, Abu Bakar Bashir (Ba’asyir), 85, menggambarkan mantan gubernur Jakarta sebagai kandidat yang akan ‘mencoba memerintah negara ini … dengan hukum Islam semaksimal mungkin’,” sebut laman itu.1
“Ia juga mendapat dukungan Abdul Somad yang ditolak masuk ke Singapura pada tahun 2022 karena apa yang disebut oleh negara kota tersebut sebagai ajarannya yang ‘ekstremis dan segregasi’,” bunyi laman tersebut lagi.
Media tersebut juga memasukkan pendapat pengamat bagaimana strategi yang sama memenangkan Anies di pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2017. Kala itu, Anies menang melawan petahana Basuki Tjahaya Purnama (Ahok).
“Dukungan dari ulama garis keras… berfungsi sebagai pengingat bagi komunitas non-Muslim di Indonesia dan Muslim moderat mengenai apa yang dilakukan Anies terhadap Ahok pada tahun 2017,” muat Nikkei Asia mengutip peneliti senior di S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS) yang berbasis di Singapura, Alexander Arifianto.
“Anies memenangkan pemilihan gubernur Jakarta tahun 2017 dengan merayu pemilih konservatif dan tampil di rapat umum dengan para pemimpin Islam garis keras yang berkampanye untuk menggulingkan saingannya, Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama, yang saat itu merupakan orang Kristen keturunan Tionghoa pertama yang memegang jabatan puncak di kota tersebut,” tambah artikel itu.
“Anies juga menghadiri aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh Gerakan 212, yang diambil dari tanggal 2 Desember 2016 ketika kelompok Islam pertama kali berdemonstrasi melawan Ahok. Dia (Ahok) kemudian dipenjara atas tuduhan penistaan agama terkait dengan komentar yang dia buat saat kampanye,” jelas Nikkei lagi.
Sebenarnya suara kelompok Islam konservatif berkontribusi hingga 15-20% dari keseluruhan pemilih dari pemilu RI. Meski kecil, suaranya disebut signifikan.
Dijelaskan pula sebenarnya, Islam moderat sendiri lebih besar. Kemungkinan ini, masih dimuat Nikke Asia, coba didapat dengan menggandeng Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai calon wakil presiden (cawapres) Anies.
“Jumlah Muslim konservatif saja tidak cukup untuk memberikan kemenangan kepada Anies, sehingga ia juga telah mendapatkan suara dari Nahdlatul Ulama (NU) yang moderat, organisasi Muslim terbesar di Indonesia, dengan sekitar 90 juta pengikut,’ tulisnya lagi.
Sebenarnya ini bukan pertama kali dukungan serupa dimuat media asing ke Anies. Sejak Juni 2023, di awal pengumuman maju sebagai capres, hal ini juga dipantau asing.
Dalam artikel berjudul “In Jakarta, Political Kingmaking Starts Now” misalnya, Foreign Policy menyorotinya. Anies menurut kajian itu, sering dikaitkan dengan hubungan ke gerakan Islam garis keras di Indonesia.
“Selama kampanye pemilihan gubernur tahun 2017, Anies meninggalkan reputasinya yang moderat -sebagai seorang sarjana Fulbright yang nyaman dalam pengaturan kosmopolitan- untuk bersekutu dengan Islam garis keras yang menuduh gubernur petahana … melakukan penistaan agama,” papar media tersebut.
“Jika Anies memenangkan kursi kepresidenan, hal itu dapat semakin memperkuat kekuatan sosial konservatif yang telah berkontribusi pada pengesahan undang-undang baru-baru ini seperti larangan gagasan tentang seks di luar nikah,” muatnya lagi.
Pilpres RI akan digelar 14 Februari. Selain Anies, dua tokoh lain juga maju dalam pemilihan yakni Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.(CNBC Indonesia)