DOKTER di Kabupaten Kepulauan Sula akan mogok pekan depan. Pemda Kepulauan Sula selama kurun waktu 5 (lima) bulan tidak membayar insentif Laskar Husada ini. Rupa-rupa alasan menyertai sikap dingin Bupati yang diduga seng pusing dengan Keringat dan Lelah para dokter. Tak Soal, jika tak ada anggaran. Tapi jika ada dalam APBD lantas tak tersalur, Apa Kata Dunia Ibu Bupati?
JScom, KEPULAUAN SULA – Buntut tidak terbayarnya Gaji (Insentif) Dokter selama 5 (lima) bulan, janji-janji Pemda Kepulauan Sula yang sebatas bibir berucap, sikap Dinas Kesehatan yang super cuek, para Dokter di Kepulauan sula bakal mogok kerja pada 26 Mei 2025, pekan depan.
“Tindakan ini kami lakukan, karena kami sudah tidak tahan dengan janji-janji pemerintah daerah. Kami sadar, bahwa melayani masyarakat yang sakit dan butuh pengobatan dan tindakan medis adalah tanggung jawab mutlak kami sebagai dokter. Tapi cara-cara seperti yang ditunjukan, inkonsistensi terhadap kesepakatan, sangat kami sesalkan,” ujar seorang dokter yang enggan namanya ditulis.
Informasi yang dihimpun www.jurnalswara.com, pihak Pemerintah Daerah dan Bupati Kepulauan Sula Fifian Adeningsih Mus akan membayar gaji insentif Dokter tapi nilainya akan ditentukan berdasar kinerja, e-Kinerja.
Alasan e-Kinerja tercatat sebagai alasan paling mutakhir atas belum terbayarnya gaji insentif Dokter di Kepulauan Sula. Sebelumnya, katanya awal tahun jadi pembayaran gaji masih dalam proses penyesuaian jadwal bayar. Alasan berikut, bahwa pembayaran gaji insentif tengah diproses oleh Pihak Keuangan Pemda. Alasan berikutnya lagi, bahwa proses pembayaran sedang menunggu SP2D. Rupa-rupa alasan dan taktik pembenaran.
Bupati Kepulauan Sula, Kadis Kesehatan, hingga DPRD Kepulauan Sula sejauh ini belum menanggapi secara serius kendala dan rahasia di balik belum terbayarnya Gajji Insentif Dokter.
Alasan pembayaran Gaji Insentif berbasis e-Kinerja ini perlu penjelasan teknis dari Bupati dan Kadis Kesehatan. Kinerja seperti apa yang diinginkan Bupati dan Kadis. Parameter seperti apa. Dan, jika e-Kinerja yang jajdi patokan, maka pembayaran Gaji insentif tak serumit ini, tak se-gagal paham begini.
Hampir pasti, slogan Bahagia Kesehatan yang digelindingkan Pemerintahan Fifian – Saleh tak lebih dari slogan kosong. Bahagia kesehatan yang dielu-elukan justru bikin korban dokter dan keluarga.
“Okelah, jika sedari awal tidak ada Gaji Insentif, kami juga tidak masalahkan, apalagi sampai mengorbankan konsep pelayanan kami sebagai dokter. Tapi ini kan jelas, ada anggarannya, disetujui pemda dan DPRD. Terus masalahnya dimana sampai tidak terbayar hingga hampir setengah tahun ini?,” tanya dokter ini serius.
Dokter juga menambahkan, bahwa mereka tidak tega melakukan mogok, tapi ini keharusan. Karena aktifitas pelayanan kesehatan punya dampak yang cukup luas, maka kondisi actual seperti ini juga harus diketahui public, “Supaya InsyaAllah kami tidak disalahkan,” harapnya.(JS-Red)