Di wall facebook,ada dua status pilu.. Topiknya adalah rintihan dan suara hati honorer Guru dan Honorer Tenaga Kesehatan. Hingga beberapa hari lagi masuk bulan April, sebagian mereka belum menerima jasa atas pengabdian mereka. Berbagai upaya sudah dicoba, dan jalan terakhir mereka meminta tolong Facebook dan Media sosial untuk suarakan kondisi terkini mereka, meski pakai akun anonim (palsu). Entah Bupati Fifian Adeningsih Mus lupa bayar, atau sengaja tidak mau bayar?
JScom, KEPULAUAN SULA – Adalah Fanhy, seorang honorer di salah satu sekolah di Kabupaten Kepulauan Sula. Fanhy mengunggah statusnya di laman Facebook Grup DAD HIA TED SUA. Kalimat yang datar, tapi cukup terasa bagi yang punya rasa. Fanhy mengeluhkan pembayaran gaji honor yang tak kunjung diterima selama tiga bulan terakhir.
Begini unggahannya, “ Assalamualaikum,, sebelumnya mohon maaf saya mau tanya sadiki mengyangkut deng pembayaran gaji honor,,apakah selama 3 bulan ini mulai dari januari sampai maret ini apakah tidak ada kebijakan dari dinas menyangkuit gaji honor,,?? Soalnya Sebagian besar gaji honor sudah dibayar lantas kenapa ada Sebagian sekolah punya belum di bayar?”.
“Katanya tidak mau ambil resiko, trus selama 3 bulan kita bersekolah buat apa,,?? Kita mengajar bukan duduk, jadi tolong kita saling menghargai,, yang saya heran biaya itu digunakan dengan hal hal lain bisa, lantas mengapa tidak bisa bayar dengan gaji guru honorer”.
Seseorang yang mengaku kerabat Fanhy menghubungi media ini via chat facebook messenger. Dia bilang Fanhy sengaja dan terpaksa bikin akun “bayangan”. Mengapa tidak pakai akun asli? “Kasihan kami ini keluarga besar, kalau dia pakai akun asli, maka keluarganya lain, ASN dan honorer akan mendapat susah, termasuk pemilih akun fanhy itu. Pemerintahan ini penuh dendam, mereka tidak mau dikoreksi,” chat balasan kerabbat Fanhy kepada www.jurnalswara.com.
Menurutnya Fanhy sangat sedih dengan sikap kepala sekolah, dinas pendidikan hingga Bupati Kepulauan Sula yang “masa bodoh” dengan penggajian pegawai honorer. “Bupati selalu melihat ke atas, tidak mau melihat ke bawah, tidak mau merasakan kehidupan masyarakat, terutama kondisi ekonomi honorer,” semprot pria ini.
Selain pembayaran honor Guru, media ini juga mendapat informasi honorer tenaga kesehatan pun alami nasib yang tak jauh beda. Mereka sudah “Alas perut dengan Batu” selama 3 bulan. Informasi lain, sejumlah dokter dan tenaga kesehatan pun mengeluhkan hal yang sama. “Katong bingung dengan manajemen rumah sakit ini, ta war moya. Tapi kasihan musti katong kerja, fdaripada katong dikeluarkan,” ujar seorang honorer RSUD kepada contributor www.jurnalswara.com. (JS-ry)