JScom, INTERNASIONAL – Israel akan melanjutkan operasi militer berskala besar di Gaza selama enam hingga delapan pekan ke depan, seiring dengan persiapannya untuk melancarkan serangan darat ke Kota Rafah di bagian selatan wilayah kantung tersebut. Artinya periodenya hingga masuk jauh ke bulan Ramadan mendatang.
Demikian diungkapkan empat pejabat IDF yang mengetahui strategi tersebut.
Para panglima militer percaya bahwa mereka dapat secara signifikan merusak kemampuan Hamas yang tersisa dalam waktu tersebut, membuka jalan bagi pergeseran ke fase intensitas yang lebih rendah dari serangan udara yang ditargetkan dan operasi pasukan khusus, menurut dua pejabat Israel dan dua pejabat regional yang tidak ingin disebutkan namanya untuk berbicara secara bebas.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Sabtu 17 Februari 2024 waktu setempat mengatakan, pihaknya akan melancarkan serangan militer ke Rafah di Jalur Gaza selatan, serta tidak akan menyetujui tuntutan Hamas untuk gencatan senjata dan pertukaran sandera.
Netanyahu mengatakan dalam konferensi pers di Yerusalem sehari sesudahnya, bahwa “tuntutan Hamas tidak masuk akal. Mereka ingin mencapai satu tujuan, yaitu kekalahan Israel.”
“Jelas kami tidak akan menyetujuinya. Jika Hamas membatalkan tuntutan ini, barulah kami akan bisa melanjutkannya,” Netanyahu menambahkan. “Kami mempunyai kekuatan yang cukup untuk menghancurkan kekuatan Hamas di Gaza dan kami harus menghancurkan sebagian besar brigade mereka, dan kami telah membuat kemajuan besar dalam hal ini.”
Sebelumnya pada Sabtu pekan lalu, kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, menekankan bahwa “perlawanan tidak akan sepakat apa pun kecuali penghentian total agresi, penarikan tentara pendudukan dari Jalur Gaza, pencabutan pengepungan yang tidak adil,”
“Serta penyediaan tempat penampungan yang aman dan layak bagi para pengungsi akibat kejahatan pendudukan, kembalinya para pengungsi, terutama ke Jalur Gaza bagian utara, diakhirinya kebijakan kelaparan yang biadab, dan komitmen terhadap rekonstruksi,” tegasnya
“Hamas selalu merespon dengan semangat positif dan bertanggung jawab melalui para mediator untuk menghentikan agresi terhadap rakyat kami, mengakhiri pengepungan yang tidak adil, dan memungkinkan aliran bantuan, tempat tinggal dan rekonstruksi,” ujar Haniyeh dalam sebuah pernyataan. (BT-Int)