Kondisi Gedung Kantor Bupati Kepulauan Sula nyaris hilang estetika. Beberapa gedung megah dan kokoh milik pemerintah di jantung Desa Pohea ini seolah miskin sentuhan. Semak belukar dan ilalang liar tumbuh gembira, jauh dari perawatan. Beginikah sinyal kenyamanan institusi yang setiap hari menawarkan pelayanan public?
JScom, POHEA – Demikian ekspresi pilu seorang anak negeri terhadap fakta pesiarnya di pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Sula. Sore tadi, Jumat (5/12), Om Pagama, demikian Abdul Walid Mayau disapa, berbagi Kesan kepada awak media www.jurnalswara.com melalui platform Whatsapp Group Keluarga Sula Bersatu (KSB).
“Pintu masuk Kawasan Pemerintah Daerah ketika (kita) masuk, kayak kota mati,” demikian Kesan Om Pagama sambil melampirkan sebuah foto gapura ke grup WA bertulis KANTOR BUPATI KABUPATEN KEPULAUAN SULA.
Siapakah Om Pagama? Bukankah Pagama itu nama pulau yang hilang? Info yang diperoleh, nama Om Pagama hanya sekadar gelar sosial. Jagat medsos mengenalnya sebagai sesepuh yang peduli dengan Pembangunan Kepulauan Sula dan kehidupan sosialnya.
Om Pagama berasal dari desa Kobo, sekarang Desa Pelita Jaya di pesisir Selatan Pulau Mangoli. Jarak desa ini ke Pulau Pagama cukup dekat, cuma melewati satu desa, Desa Waisakai. Walid Mayau kecil, alias Om Pagama adalah salah pemuda tangguh di desanya. Naluri merantau memang sudah ada sejak remaja. Om Pagama akhirnya berpisah dari Kobo dan merantau ke ibukota.

Berpuluh tahun jatuh bangun di perantauan Ibukota, Om Pagama kini tenang menikmati hidup bersama keluarga di daerah sejuk Cipanas, Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Keseharian Om Pagama adalah petani yang sukses.
Meski sibuk dengan aktifitas taninya, Om Pagama adalah sesepuh yang sibuk pula membangun silaturrahim warga Sula di Jakarta dan Bodetabek. Tak cuma itu, sosok yang sering dijuluki Kapita Lira Tina ini juga aktif di berbagai grup media sosial bersama ribuan orang Sula. Peduli Om Pagama kepada Kabupaten Kepulauan Sula Seng Ada Lawang.
Bahkan, grup medsos yang diikuti terkadang memanas dengan kritik dan peduli Om Pagama yang selalu membakar. Perang statemen, adu gagasan, diskusi tubruk selalu jadi peragaan Om Pagama ketika masuk ruang media grup.
Kali ini, Om Pagama tak bicara tanpa fakta. Hari ini, setelah puluhan tahun tak pulang kampung, beliau turun langsung ke TKP, pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Sula. “Memasuki area kantor Pemda Sula, tak ubahnya masuk bekas medan perang, porak-poranda, tanda buruknya maintenance,” demikian Om Pagama membuka percakapan grup Keluarga Sula Bersatu.
Bagimana perasaan Om Pagama setelah melihat kantor bupati, yang sekian lama menanggung rindu kepada daerah tercinta?
“Pokoknya memalukan. Bagaimana mungkin salah satu aset dari gedung institusi Gred A di ibukota Kabupaten tampak tidak memiliki estetika? Memalukan. Timbul pertanyaan, apakah kawasan pemda Sula ini sudah tidak difungsikan lagi?,” Om Pagama balik bertanya.
Sesepuh KAM SUA Jakarta ini menyesalkan kondisi yang ditemuinya tak seirama dengan pemberitaan media tentang pemda Sula yang saban tahun lakukan studi banding tapi hasilnya gedung pemerintahan lebih indah saat jaman Sula masih berstatus kecamatan.
“Asal tiap tahun studi banding terus. (Kawasan kantor) kiri kanan semak belukar, tidak tertata dengan baik,” semprot Kapita Lira Tina serius.
Meski demikian, sebagai sepuh yang penuh cinta, apapun kritik yang disampaikan, tambah Om Pagama, adalah bagian dari apresiasi sayang terhadap Hai Poa Bai. Om Pagama berharap, pemerintah di bawah kepemimpinan duet Bupati Fifian – Wakil Bupati Saleh bersegera menata pusat-pusat aktifitas pemerintahan dan Sanana sebagai kota yang welcome bagi siapa saja.
“Katong samua berharap estetika perkotaan, terutama di pusat pelayanan publik harus dibikin bagus. Beta yakin, pemerintah daerah bisa lakukan ini dengan baik, sebab tidak butuh anggaran banyak untuk bikin bagus ini barang,” ujar Om Pagama kepada awak media ini.
Salah satu anggota grup Whatsapp KSB, Nan Pora berkelakar “Matnana yawa SIDAK, neka pasti yang pake rompi semakin banyak”. (Ris-JS)
Berita ini diangkat dari percakapan Grup Whatsapp Keluarga Sula Bersatu. Redaksi menganggap penting untuk diketahui khalayak, dan jadi wacana/kritik penuh cinta kepada pemangku kepentingan. Semoga penataaan Kota dan Pusat Pemerintahan Kepulauan Sula punya estetika dan aura Ke-Sua-an yang Birahi du Gamiha. Amin


















