Halmahera Transnusa: Pusat Pertumbuhan Baru dan Perkampungan Nusantara. Adalah Ekonom Universitas Khairun Ternate, menguak kegelisahan potensi sumberdaya alam Maluku Utara dan Pulau Halmahera, Transnusa bukan hanya proyek ekonomi, tetapi sebuah strategi ketahanan bangsa, melalui pembangunan perkampungan produktif dan industrialisasi berbasis komoditi masyarakat, program ini memperkuat empat sendi utama ketahanan nasional. Selangkapnya Surat Mukhtar A. Adam kepada Presiden RI Prabowo Subianto, yang diterima awak media www.jurnalswara.com.
Kepada Yth.
Bapak Prabowo Subianto,
Presiden Republik Indonesia,
di Jakarta.
Dengan hormat,
Di tengah perubahan besar dunia dan tekanan global terhadap pangan, energi, dan geopolitik, Bapak mendorong Visi besar yang dirumuskan dalam Asta Cita, sebuah energi baru memompa kinerja ekonomi mencapai 8%, sebuah misi menjadikan Indonesia mencapai Negara dengan Pendapatan Tingggi, dan masuk dalam kategori negara maju, menjadi Gerakan bersama yang perlu didukung dengan menyiapakan titik-titik ketahanan baru pusat pertumbuhan yang inklusif sekaligus jiwa Nusantara, sebagai semangat hidup bersama dalam beragam pulau, budaya, dan sumber daya.
Dalam semangat itu, izinkan kami menyampaikan satu gagasan : “Halmahera sebagai Pilot Project Transmigrasi Nusantara (Transnusa)” sebuah model pembangunan merangkai pulau, gugus pulau dalam etos Nusantara dan manusia Indonesia yang terintegrasi antara migrasi produktif, ketahanan pangan, industri rempah, dan perkampungan multikultur, menjadi sentral pertumbuhan baru.
Indonesia dengan 17.850 Pulau, besar dan kecil tersebar membentuk gugus pulau Nusantara, Pulau Jawa menyedot 58% dari total penduduk sekaligus dominasi PDB nasional, menjadikan Pulau Jawa pusat distribusi nasional yang dihadapi bangsa pada problem logistik, oleh karena semua pulau bergantung ke Jawa, di saat yang sama pola pemukiman pulau telah menjadi sekat antar anak bangsa, dikotomi jawa dan luar jawa, dan pulau lain menjadi sumber pemisah yang perlu dirangkai dalam skema pembangunan masa depan yang berjiwa nusantara.
Transmigrasi masa lalu telah memunculkan stigma Jawa Sentris, yaitu memindahkan penduduk Jawa ke pulau lain Nusantara, perlu dirumuskan ulang, untuk menemukan pola migrasi antar pulau dalam membentuk perkampungan Nusantara dari berbagai pulau sebagai ciri utama Nusantara dalam multikulturalisme.
Model pembangunan Multikulturalisme (Kampung Nusantara) yang membentuk kota-kota di Indonesia telah menjadi etos baru pertumbuhan, dimana sebuah wilayah yang ditempati penduduk dengan multikultur cenderung tumbuh cepat, ini menunjukan model perkampungan Nusantara akan menjadi energi baru sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi baru.
Halmahera: Cermin Nusantara, Miniatur Indonesia
Maluku Utara dengan belasan ribu jumlah pulau, pulau, terdapat 64 Pulau yang dihuni, yang memiliki karakteristik pulau layak huni hanya terdapat 7 Pulau, dan 23 Pulau yang berkarakter Satu Desa Satu Pulau, disaat yang sama Pulau Halmahera telah menjadi mesin pertumbuhan ekonomi baru, yang menyumbang pertumbuhan ekonomi yang tinggi sejak tahun 2020, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 28,56% pertahun.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak berdampak signifikan bagi penduduk Maluku Utara, disparitas harga pangan yang melebar, keterbatasan infrastruktur pulau kecil berpenghuni, indeks ketahanan pangan 58,27 menempati posisi 31 dari 38 Provinsi di Indonesia, disaat yang sama ketersediaan lahan Pulau Halmahera yang tak produktif, menunjukkan satu paradoks pembangunan, sumber daya melimpah, tetapi kemandirian rapuh.
Konsep Transnusa: Dari Migrasi ke Transformasi
Transnusa dirancang sebagai model transmigrasi modern berbasis pulau, dengan tiga pilar utama:
- Pemukiman Multikultur Produktif, membangun Kampung Nusantara bagi penduduk lintas pulau nusantara, tenaga kerja produktif perkotaan, sarjana muda kampus, dan professional disektor industri dan jasa.
- Ekonomi Pulau Mandiri – mengembangkan lahan pangan 50.000 hektar, industri rempah 1.000 hektar, dan kawasan industri/jasa 500 hektar, dalam satu pulau
- Integrasi dengan Pasar Industri Strategis Nasional, menghubungkan ekosistem Transnusa dengan Industri Pertambangan di Maluku Utara (IWIP, Antam, Harita, dan NHM) yang menyerap lebih dari 200.000 tenaga kerja
- Membangun Kota Baru Sofifi sebagai Ibukota Provinsi, mengembangan Kawasan Industri Rempah untuk menopang produk-produk Pangan dari Perkampungan Nusantara, sebagai penyangga pertumbuhan Kota Baru.
Setiap kawasan transmigrasi di Halmahera (Oba–Tikep, Sagea-Halteng, Patlean-Haltim, Teluk Kao-Halut, dan Sidangoli-Halbar) menjadi simpul dalam rantai nilai baru, dari produksi pangan hingga jasa industri dan perdagangan Sofifi.
Tujuan Utama: Ketahanan Bangsa
Transnusa bukan hanya proyek ekonomi, tetapi sebuah strategi ketahanan bangsa, melalui pembangunan perkampungan produktif dan industrialisasi berbasis komoditi masyarakat, program ini memperkuat empat sendi utama ketahanan nasional:
Bidang | Tujuan |
Ketahanan Pangan | Mengurangi ketergantungan impor bahan pokok di wilayah industri timur, mengatasi problem logistik antar pulau. |
Ketahanan Sosial | Membangun harmoni antar-etnis dan mobilitas sosial produktif. |
Ketahanan Ekonomi | Menciptakan pusat pertumbuhan baru di luar Jawa. |
Ketahanan Geopolitik | Meneguhkan kedaulatan penduduk di pulau-pulau strategis timur Indonesia. |
Dengan demikian, Halmahera menjadi “sumbu baru Nusantara” yang mengikat kepulauan Indonesia dalam satu kesatuan ekonomi dan sosial yang kokoh.
Kami percaya, di bawah kepemimpinan Bapak Prabowo Subianto, seorang pemimpin yang menaruh perhatian besar pada kedaulatan pangan, energi, dan ruang hidup bangsa, inisiatif Transnusa Halmahera dapat menjadi “legacy project” yang melampaui masa pemerintahan.
Kami mengusulkan agar Halmahera ditetapkan sebagai Pilot Project Nasional Transnusa 2025–2045, dengan langkah-langkah konkret:
- Pembentukan Badan Pengelola Transnusa Halmahera (BPTH) lintas kementerian dan lembaga.
- Integrasi program ketahanan pangan, vokasi, dan industrialisasi rempah ke dalam RPJMN 2025–2029.
- Kolaborasi strategis antara pemerintah pusat, daerah, industri nasional, dan masyarakat lokal dalam satu kerangka Public–Private–People Partnership (4P).
Kami memandang Transnusa bukan sekadar program transmigrasi, tetapi program peradaban, sebuah cara baru membangun Indonesia dari pinggiran, dari pulau ke pulau, dari manusia ke manusia.
Bapak Presiden, Surat terbuka ini kami sampaikan sebagai bentuk cinta pada tanah air, sebagai suara dari Timur untuk Nusantara. Kami percaya, dengan kebijakan yang berpihak pada kemandirian manusia dan pulau-pulau Indonesia, Bapak Prabowo Subianto akan dikenang bukan hanya sebagai Presiden, tetapi sebagai Arsitek Ketahanan Bangsa.
Hormat kami,
Mukhtar A. Adam, Dosen FEB Unkhiar Ternate
Kaki Gunung Gamalama Ternate, 21 Oktober 2025