BERITANASIONALPOLITIK

INDIKATOR : Sherly Tjoanda Laos Masuk Bursa Capres RI, KDM Terkuat Kedua Setelah Prabowo

×

INDIKATOR : Sherly Tjoanda Laos Masuk Bursa Capres RI, KDM Terkuat Kedua Setelah Prabowo

Sebarkan artikel ini
KDM dan Shaerly Tjoanda Laos, masuk bursa Capres ala INDOKATOR

Hasil survei terbaru dari Indikator Politik Indonesia menghadirkan peta baru dalam kontestasi calon presiden (capres). Prabowo Subianto tetap memimpin dengan elektabilitas tertinggi, sementara Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengejutkan publik dengan lonjakan signifikan yang menempatkannya di posisi kedua. Gubernur Malut Sherly Tjoanda Laos bersama Gubernur Jatim dan Menkeu Purbaya bersaing di papan bawah.

JSCom, JAKARTA – Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengatakan Prabowo memperoleh dukungan sebesar 46,7 persen, sedangkan Dedi meraih 18,4 persen. Hal ini dia sampaikan dalam rilis Evaluasi Publik Setahun Kinerja Pemerintah Prabowo–Gibran di Jakarta, Sabtu (8/11/2025).

Capaian Dedi membuatnya unggul jauh dibanding sejumlah nama populer seperti Anies Baswedan, Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo. Survei ini diketahui dilaksanakan pada 20–27 Oktober 2025.

“Dedi Mulyadi cukup menonjol dan menempati posisi kedua. Ia melampaui nama-nama besar seperti Anies, Gibran, hingga Ganjar,” ujar Burhanuddin, dilansir dari Kompas.com.

Bacaan Sahabat JS  Berkunjung Ke Sula, Gubernur Sherly Pastikan Realisasi DAK Kesehatan 2023 dan Gedung RS Pratama Dofa

Tokoh lain yang berada di bawah Dedi antara lain ada Anies 9 persen, Gibran 4,8 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 3,9 persen, dan Ganjar 3,7 persen. Pergerakan elektabilitas ini menunjukkan pergeseran peta politik nasional dengan munculnya tokoh-tokoh baru yang menarik perhatian pemilih.

Nama baru seperti Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Keuangan, turut masuk dalam daftar dengan elektabilitas 1,5 persen. Selain Purbaya, beberapa tokoh nasional lain juga tercatat, antara lain Sherly Tjoanda Laos 1,1 persen, Khofifah Indar Parawansa 0,5 persen, Erick Thohir 0,4 persen, Kaesang Pangarep 0,4 persen, dan Puan Maharani 0,1 persen.

“Nama Purbaya memang relatif baru muncul, tetapi mulai dikenal publik dan masuk ke dalam daftar 25 nama yang kami uji dalam simulasi,” jelas Burhanuddin.

Burhanuddin menjelaskan survei ini menguji 25 figur potensial sebagai capres, menyesuaikan dengan putusan Mahkamah Konstitusi yang meniadakan ambang batas pencalonan presiden. Hal ini membuka peluang bagi setiap partai politik untuk mengusung kandidat sendiri tanpa harus berkoalisi.

Bacaan Sahabat JS  Akui RS Pratama Dofa Belum Resmi Layani Pasien, Direktur : Kami Bertugas Siapkan Ruangan dan Inventarisasi Alkes

Melansir dari TribunJabar.id, dominasi Dedi terlihat paling kuat di Jawa Barat, dengan elektabilitas mencapai 43,5 persen, melampaui Prabowo yang hanya memperoleh 31,4 persen. Dukungan terhadap Dedi juga signifikan di Banten 38,4 persen, DKI Jakarta 19,7 persen, serta beberapa provinsi lain di Pulau Jawa.

“Secara umum Prabowo masih unggul di sebagian besar wilayah, kecuali di Jawa Barat, di mana Dedi Mulyadi punya basis dukungan sangat kuat,” ungkap Burhanuddin.

Dia juga menambahkan bahwa Gibran Rakabuming Raka memperoleh simpati terbesar dari pemilih di Jawa Tengah dan Bali. Survei ini melibatkan 1.200 responden dari 38 provinsi di Indonesia dengan metode multistage random sampling dan margin of error sebesar ±2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

“Seluruh responden diwawancarai secara tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Quality control dilakukan secara acak terhadap 20 persen sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih,” tutur Burhanuddin.

Bacaan Sahabat JS  Pareto dan Sirkulasi Elite, Antara Lions dan Foxes

Hasil survei indikator untuk capres ini menegaskan adanya pergeseran elektabilitas yang signifikan, terutama bagi tokoh-tokoh baru yang mulai menarik perhatian publik. Dedi Mulyadi menjadi contoh nyata figur baru yang mampu bersaing dengan nama-nama besar di bursa calon presiden.

Fenomena ini juga menunjukkan dinamika politik Indonesia yang semakin terbuka bagi munculnya kandidat dari berbagai latar belakang, seiring dihapusnya ambang batas pencalonan presiden. Elektabilitas tokoh baru seperti Purbaya Yudhi Sadewa mencerminkan ketertarikan masyarakat terhadap figur-figur alternatif.

Secara keseluruhan, survei ini memberikan gambaran bahwa meski Prabowo masih memimpin secara nasional, tokoh-tokoh regional seperti Dedi Mulyadi mampu mendominasi basis wilayah tertentu. Hal ini menandai pentingnya strategi lokal dalam persaingan politik nasional. (*)